Berkebun: Perpaduan Antara Meluangkan Dan Membutuhkan Waktu

Ketika halaman saya penuh dengan sayuran dan buah seperti kacang-kacangan; pare; kemangi; tomat; cabe; kenikir; pepaya; timun suri; dan sebagainya; ada beberapa orang yang mengatakan bahwa "saya pengen punya kebun seperti ini" atau "enak yaa, gak usah beli. jadi pengen punya juga." dan yang senada dengan itu. 

Kemudian saya memberikan respon yang menurut saya itu adalah solusinya yaitu meminta mereka untuk memulai berkebun bukan hanya ingin dan ingin. Tapi diluar dugaan saya, ada yang mengatakan bahwa mereka tidak memiliki cukup waktu luang untuk mengurus kebun atau untuk sekedar memulainya. Dan ada juga yang mengatakan bahwa "saya tidak punya keahlian untuk menanam-nanam, gimana kalau tiba-tiba tanemannya gak hidup?" dan ada juga yang mempermasalahkan minimnya lahan "gak punya lahan, mau berkebun dimana? di aspal depan itu?". 
serunya berkebun di rumah bisa Petik kenikir dan cabai di dalam sebuah piring untuk lalapan

Luangkan Waktumu

Bagi saya, apapun keinginan yang ingin dicapai maka kita harus berani meluangkan waktu untuk mewujudkannya. Jangankan untuk keinginan atau cita-cita yang "besar", untuk sekedar membuang rasa lapar saat kita sibuk beraktivitas saja kita harus (berani) menyisihkan waktu, meluangkan waktu dan mulai melangkah ke meja makan/warung makan untuk makan. Bukankah begitu?.

Jadi, jika kamu memiliki keinginan untuk berkebun atau ingin memiliki sebuah kebun di sekitar rumah, jangan hanya berani untuk berkeinginan tapi juga harus berani melangkah. Sekalipun itu adalah langkah yang paling kecil seperti membeli satu pot yang nantinya akan dijadikan sebagai wadah menanam tanaman. Jika memang waktu yang dimiliki memang tak cukup, maka cukupkan saja untuk membeli satu pot itu. Kemudian di hari yang lain, lakukan langkah selanjutnya, misalkan mencari informasi mengenai bibit tanaman yang ingin ditanam. Begitu seterusnya. Istilah lainnya adalah mencicil. Bukankah sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit??. 

Berkebun Itu Membutuhkan Waktu

Lalu di waktu yang lain, saat tulisan ini dibuat, saya masih menunggu memerahnya buah tomat yang saya tanam sekitar sebulan yang lalu. Karenanya, saya ingin mengatakan untuk yang ingin berkebun serta orang-orang yang berkomentar "enak yaa berkebun, gak usah beli. pengen masak, langsung petik." (dan sebagainya), ada hal yang perlu diketahui bahwa berkebun itu membutuhkan waktu. Baik itu waktu yang digunakan untuk berproses di kebun ataupun waktu yang digunakan untuk menunggu tanaman siap dipanen. Memang benar, berkebun itu sangat menyenangkan. Tapi di lain sisi ada usaha ekstra yang harus diramu agar benar-benar menikmati berkebun itu sendiri. Terlebih lagi, ada perhitungan yang benar-benar matang untuk benar-benar swasembada pangan untuk keluarga kita sendiri. 

Perhitungan yang saya maksudkan disini bisa berupa rencana penanaman untuk suatu musim. Karena musim di tempat tinggal kita sangat berpengaruh terhadap keberhasilan berkebun. Jika kurang tepat dalam perencanaan, bisa-bisa gagal panen yang akan berujung pada gagal swasembada pangan untuk keluarga. Di lain sisi juga harus diperhitungkan mengenai kontinuitas berkebun; bulan ini mau menanam apa? bulan depan mau nanam apa? dan sebagainya.

Akhir kata, jangan malu, jangan malas, jangan menunggu dan mulailah berkebun di sekitaran rumahmu. Serta siapkan perhitungan dan kesabaran untuk berkebun. Jangan ragu juga untuk wawancara dengan tetua yang ada di sekitar kita yang pernah menjadi petani. Sudah tau kan, kalau dari dahulu (gak tau kalau sekarang yaa hehe) negeri kita ini dikenal dengan negara agraris?? Tentunya orang-orang terdahululah yang memiliki andil untuk titel tersebut. Karena memang kebanyakan mereka berprofesi sebagai petani. Semoga berhasil dan semoga bermanfaat. 

Comments