Belajar Dari Tanaman Dalam Menjalani Kehidupan Dunia

Belajar Dari Tanaman Dalam Menjalani Kehidupan Dunia
Mungkin ada yang bertanya, kenapa sangat menyukai berkebun? Bukankah main di kebun itu kotor? Apa bahagianya menggeluti dunia perkebunan? Bukankah kita bisa pergi ke pasar dan membeli sayuran, buah-buahan dan lainnya.?
Tidak masalah jika pertanyaan itu muncul dalam pikiran kalian. Hal yang sama juga pernah aku alami, aku mempertanyakan hal itu pada diri sendiri. 
Tapi seiring berjalannya waktu, jujur ada kebahagiaan tersendiri saat aku menggeluti bidang ini. Terutama ketika aku bangun di pagi hari dan melihat benih yang disemai mulai muncul di permukaan tanah. Hingga akhirnya seutas senyuman terukir dengan sendirinya. 
Sesederhana itu.
Belajar Dari Tanaman Dalam Menjalani Kehidupan Dunia


Coba lihat gambar di atas, tidak semua benih yang disemai tumbuh bersamaan. Ada beberapa yang tidak muncul, tidak tumbuh tunas. Ada juga yang baru saja menguncupkan daunnya. Tapi ada juga yang daunnya sudah mekar, dengan batang yang cukup tinggi dari 'teman' seperbibitannya dan lainnya. Hingga akhirnya aku menyadari satu hal. Ini sama seperti kehidupan, mungkin kehidupan kalian juga.
Boleh jadi kita lulus secara bersamaan dari suatu institusi pendidikan, tapi belum tentu kita bisa 'tumbuh' bersamaan. Misalkan dalam hal memperoleh pekerjaan, terwujudnya cita-cita, membeli rumah atau apartemen, pergi haji dan lainnya. 
Tapi satu hal yang pasti dari proses pembibitan itu, semua mengikuti takdirnya masing-masing. Jika tertakdir untuk hidup, pasti benih itu akan bertunas, kemudian tumbuh daun, berbunga, hingga akhirnya berbuah, layu dan mati. Tapi jika tertakdir sebaliknya, maka benih itu akan mati ketika masih ada di dalam tanah dalam bentuk benih tanpa mengalami tahap berdaun, berbunga, berbuah dan layu. 
Apakah yang terlihat berbuah saja yang bermanfaat bagi lingkungan?
Tentu tidak begitu. Akan ada tahap dari sebuah siklus dimana tahap dan segala warna-warninya tersebut bermanfaat bagi lingkungan. Jika berkaca pada siklus tanaman tersebut, benih tanaman yang tertakdir hanya sampai pada tahap berdaun saja tanpa berbunga dan berbuah, tentu ia juga akan bermanfaat. Jika tidak bermanfaat bagi manusia (untuk dimakan), mungkin akan bermanfaat untuk dijadikan obat. ATAU jika tidak bermanfaat bagi manusia (untuk dimakan), mungkin akan bermanfaat untuk hewan ternak manusia.
Begitu juga dengan kehidupan yang sedang kita jalani. Tidak pantas rasanya kalau kita mengeluh, iri hati atau bahkan membenci seseorang atau teman yang sudah terlihat sukses terlebih dahulu daripada kita. Karena kita memiliki jalan takdir kita sendiri. Kita memiliki 'waktu' yang tepat bagi kita sendiri untuk sukses. 
Kita hanya perlu foqqqus pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita khawatirkan. 
Ayo foqus kembali. Semoga bermanfaat.

Comments